You are currently browsing the tag archive for the ‘masa lalu’ tag.

Aku tidak yakin dirimu masih mengingatku. Tidak masalah. Sebab diingat orang lain, pada satu sisi, tidak selalu menyenangkan. Sejujurnya, aku malah tidak melihat apa menyenangkannya diingat orang.

Yah, abaikan saja salamku, kalau kalimat di atas memang dapat dianggap salam. (Dalam analisis percakapan, sah saja kita menyebutnya sebagai “salam pembuka”, tergantung dari mana kita melihatnya.)

Sudah berapa lama sejak terakhir kita bertemu? Aku tidak tahu pasti. Apa setelah lulus SMP? Tidak juga. SMU? Aku tidak yakin. Waktu sepertinya mempermainkanku sedemikian rupa. Mungkin itu juga alasannya mengapa aku mulai tidak dapat membedakan antara Rabu dan Kamis, Kamis dan Rabu. Entahlah. Tapi cobalah menyebutkan bilangannya. Sepuluh? Lebih? Bisa jadi.
Read the rest of this entry »

Pooty

Aku bermimpi lagi. Ada sebuah rumah. Tidak jelas di daerah mana, bagaimana rupanya, apa warna cat temboknya. Tapi aku ingat ada anjing peliharaan kami. Itu anjing pudel pertama kami. Namanya Pikky, anjing pudel betina.

Rumah itu punya halaman belakang yang cukup luas. Halaman berumput hijau. Di sana biasanya Pikky berlari bebas.

Aneh. Aku menyadari ini kebalikan dari kenyataan. Sebab faktanya rumah kami selama 20 tahun adalah sebuah ruko. Kami tinggal di lantai tiga. Tidak ada halaman. Hanya ada beranda samping. Dan Pikky hanya bisa berlari menembus kolong-kolong meja makan, lemari makanan, dan kursi-kursi. Namun, dalam mimpi itu, meski tidak kulihat, aku yakin Pikky berlari-lari bebas di sana.

Read the rest of this entry »

Goodreads

Blog Stats

  • 4,474 hits
April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Flickr Photos

Faith Writers

Visit us!

The%20NumbersQuantcast